Diagnosis terhadap Penilai untuk Meningkatkan Kualitas Penilaian Kinerja
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Proses yang paling menyedihkan dalam suatu organisasi jika penilaian kinerja (performance appraisal) hanya ditujukan sebagai "penghukuman" terhadap "si bodoh, si pandir", atau apakah kekurangannya. Banyak manajer justru tidak menyadari bahwa unsur kebodohan dan kepandiran itu justru berasal dari dirinya sendiri. Mengapa? Pertama: Apakah para manajer tersebut pernah mengevaluasi efektifitas caranya menilai? Kedua: Apakah dirinya sudah ditunjang oleh sejumlah kemampuan untuk melakukan penilaian? Ketiga: Apakah hasil penilaiannya diklarifikasikan? Dan keempat: Apakah metode penilaian yang digunakan hanya merupakan tandatanda terhadap sejumlah indikator tanpa membandingkan dengan indikator baku mutu dari suatu hasil penilaian? Bila praktek ini tetap dilakukan maka sudah pasti penilaian kinerja tidak akan menimbulkan kepuasan (satisfactory effect), sehingga akibatnya karyawan yang dinilai akan merasa bahwa proses penilaian tersebut sebagai suatu formalitas, atau sebagai proses penghukuman sebab cara penilaian dari penilai juga tidak dinilai.